Search
Close this search box.

Produksi Buah Akibat Perubahan Iklim Penyebab Inflasi Korea Selatan

Indonesian Version

Dampak buruk dari perubahan iklim rupanya menimbulkan kekhawatiran akan inflasi. Lonjakan harga buah-buahan populer dan khususnya buah apel menjadi imbas dari kenaikan suhu yang terjadi di korea selatan.

Berdasarkan Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan Pedesaan, apel menempati puncak daftar buah-buahan pada bulan Maret yang menandai kenaikan harga yang tajam dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenaikan harga buah apel dari tahun ke tahun adalah sebesar 88,2 persen, rekor tertinggi sejak tahun 1980 ketika pemerintah mulai mengumpulkan data yang relevan.

Harga buah pir juga melonjak tahun-ke-tahun sebesar 87,8 persen, tatkala harga jeruk keprok naik 68,4 persen dan buah persik naik 64,7 persen.

Ini adalah salah satu dari 18 buah-buahan populer yang secara kolektif mengalami kenaikan harga sebesar 40,3 persen dari tahun ke tahun.

Dengan latar belakang ini, harga produk pertanian naik 20,5 persen tahun-ke-tahun di bulan Maret, dan menyebabkan kenaikan inflasi keseluruhan sebesar 0,79 poin persentase dan tetap tidak berubah pada angka 3,1 persen untuk bulan kedua berturut-turut.

Inflasi secara keseluruhan berdiri kembali setelah diukur sebesar 2,8 persen pada bulan Januari dan turun di bawah 3 persen untuk pertama kalinya sejak Juli 2023.

“Ciri penting dari buah-buahan populer ini adalah buah-buahan tersebut berasal dari iklim Semenanjung Korea,” kata Yoon Tae-myung, profesor hortikultura di Universitas Nasional Kyungpook.

“Kondisi cuaca buruk dalam beberapa tahun terakhir memberikan pukulan terhadap buah-buahan asli tersebut, dan sebagai imbalannya, menaikkan harga serta inflasi secara keseluruhan.”

Profesor tersebut mentranskripsikan bahwa 69 persen perkebunan apel di Provinsi Gyeongsang Utara menanggung akibat perubahan iklim pada tahun 2023, hal itu disebabkan oleh suhu yang lebih dingin dari biasanya di musim semi, curah hujan lebat di musim panas, dan hujan es di musim gugur. Provinsi ini merupakan tempat pengolahan apel terbaik di negara ini.

Baca Juga : https://suptoday.id/japan-plans-to-utilize-satellites-for-solar-energy-on-earth/

Dalam studi terpisah, Rural Development Administration (RDA) memperkirakan total luas perkebunan apel akan berkurang sebesar 8,57 persen menjadi 39.000 hektar antara tahun 2024 dan 2033.

“Total luas lahan pertanian ini setara dengan 4.000 lapangan sepak bola,” kata RDA, seraya menyebutkan jumlah apel yang diproduksi akan berkurang menjadi 485.000 ton dari 502.000 ton selama periode tersebut.

English Version

The negative impact of climate change apparently raises concerns about inflation. The surge in the prices of popular fruits, especially apples, is the consequence of the temperature rise in South Korea.

According to the Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs, apples topped the list of fruits in March, marking a sharp price increase compared to the previous year.

The year-on-year price increase of apples is 88.2 percent, the highest record since 1980 when the government began collecting relevant data.

The prices of pears also surged year-on-year by 87.8 percent, while tangerines rose by 68.4 percent, and peaches increased by 64.7 percent.

This is one of the 18 popular fruits that collectively experienced a price increase of 40.3 percent year-on-year.

Against this backdrop, the price of agricultural products increased by 20.5 percent year-on-year in March, contributing to an overall inflation increase of 0.79 percentage points, remaining unchanged at 3.1 percent for the second consecutive month.

Overall inflation bounced back after being measured at 2.8 percent in January and falling below 3 percent for the first time since July 2023.

“A significant feature of these popular fruits is that they originate from the Korean Peninsula climate,” said Yoon Tae-myung, a horticulture professor at Kyungpook National University.

“Poor weather conditions in recent years have hit these native fruits, and in return, raised prices and overall inflation.”

The professor transcribed that 69 percent of apple farms in North Gyeongsang Province suffered the consequences of climate change in 2023, caused by colder than usual temperatures in the spring, heavy rainfall in the summer, and hail in the fall. This province is the best apple processing place in the country.

In a separate study, the Rural Development Administration (RDA) estimated that the total area of apple plantations will decrease by 8.57 percent to 39,000 hectares between 2024 and 2033.

“The total area of this agricultural land is equivalent to 4,000 football fields,” said the RDA, while mentioning that the number of apples produced will decrease to 485,000 tons from 502,000 tons during that period.

Writer : Muhammad Rasyad Amrullah
Editor : Nugrahhadi Al Khawarizmi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *