Search
Close this search box.

Bisnis Air Bersih dari Asia Timur Melirik Ibu Kota Baru Indonesia

Fair and Expo World Water Forum ke-10

Situasi Fair and Expo World Water Forum ke-10 di area Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), pada hari Senin (20/5/2024) Courtesy of InfoPublik

Pembangunan ibu kota baru Indonesia bukan hanya menjadi sorotan bagi para pelaku pembangunan infrastruktur dan masyarakat setempat, tetapi juga menarik perhatian sektor bisnis air bersih dari Asia Timur. Perpindahan ibu kota bukan sekadar proyek relokasi administratif, tetapi juga peluang besar bagi perusahaan-perusahaan yang fokus pada penyediaan sumber daya vital ini. Dengan kebutuhan air bersih yang meningkat seiring bertambahnya populasi dan kegiatan industri, peluang untuk bisnis di sektor ini menjadi signifikan. Hal ini menegaskan pentingnya kolaborasi internasional dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di Indonesia.

Proyek Ibu Kota Baru Indonesia

Proyek Ibu Kota Baru Indonesia merupakan langkah strategis yang diambil oleh pemerintah Indonesia dalam upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Jakarta sebagai ibu kota lama. Relokasi ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi beban Jakarta, tetapi juga sebagai langkah maju menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

Latar Belakang Relokasi

Permasalahan yang dihadapi Jakarta sangat kompleks, mulai dari kepadatan penduduk yang terlalu tinggi, dominasi kontribusi ekonomi yang menyebabkan ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah, hingga krisis ketersediaan air bersih. Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, telah lama mempertimbangkan relokasi ibu kota. Pada tanggal 29 April 2019, Presiden Jokowi mengumumkan rencana pemindahan ibu kota ke luar pulau Jawa, dengan lokasi baru yang ditetapkan di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, diumumkan pada tanggal 26 Agustus 2019. Keputusan ini didasarkan pada berbagai pertimbangan, termasuk risiko bencana yang minim, lokasi strategis di tengah-tengah Indonesia, infrastruktur yang relatif lengkap, dan ketersediaan lahan yang luas.

Tujuan dan Target Pengembangan

Tujuan utama dari pemindahan ibu kota adalah untuk menciptakan pemerataan pembangunan, penyebaran penduduk, dan ekonomi di seluruh Indonesia. Jakarta, meskipun tidak lagi menjadi ibu kota negara, akan terus dikembangkan sebagai pusat bisnis, pariwisata, dan ekonomi. Sedangkan ibu kota baru, yang diberi nama Nusantara, dirancang untuk menjadi pusat pemerintahan, inovasi hijau, energi terbarukan, dan wisata alam. Proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) akan bertindak sebagai ‘syaraf’ bagi wilayah pemerintah pusat, ‘jantung’ sebagai pusat sejarah Kalimantan Timur, ‘otot’ yang berfungsi sebagai simpul hilir migas dan logistik, serta ‘paru-paru’ yang memperkuat pertanian hulu dan pusat wisata alam. Kerja sama antar wilayah ini diharapkan akan menjadi pemicu pembangunan Indonesia Timur dan mencapai target Indonesia sebagai negara maju sesuai dengan Visi Indonesia 2045.

Pemindahan ibu kota ini bukan hanya sekadar pemindahan fisik bangunan atau gedung pemerintahan, tetapi juga pemindahan budaya kerja dan pola pikir baru yang disertai dengan sistem dan sumber daya manusia yang dipersiapkan dengan baik. Presiden Jokowi menekankan bahwa proyek IKN diharapkan akan rampung dalam 15 hingga 20 tahun mendatang, menjadikan Nusantara sebagai kota pemerintahan yang unik dan berbeda dari ibu kota negara lainnya.

Keterlibatan Bisnis Air Bersih dari Negara Asia Timur

Perusahaan dari negara Asia Timur telah menunjukkan ketertarikan yang signifikan dalam proyek-proyek terkait air bersih di Indonesia, termasuk pembangunan ibu kota baru, Nusantara. Berbagai perusahaan dari China, Jepang, dan Korea Selatan telah berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur dan teknologi untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan air bersih di Indonesia.

Perusahaan Jepang

Perusahaan Jepang telah menunjukkan minatnya dalam mengelola air bersih dengan teknologi tinggi yang mampu mengolah berbagai sumber baku air. Teknologi pengolahan air bersih Torey, misalnya, merupakan teknologi mutakhir yang mampu mengolah air laut, sungai, gambut, dan limbah menjadi air bersih. Teknologi ini telah digunakan di berbagai negara maju dan kini mulai diperkenalkan di Indonesia, dengan Dumai menjadi lokasi perdana. Harga yang ekonomis dan terjangkau menjadi salah satu kelebihan yang ditawarkan oleh perusahaan Jepang ini.

Perusahaan Tiongkok

air bersih

Pameran Bisnis Air Bersih Asal Tiongkok Courtesy of Nikkei Asia

Investasi dari perusahaan Tiongkok dalam proyek infrastruktur atau industri besar di Indonesia telah mencakup berbagai sektor, termasuk pembangunan kota pintar seperti IKN. China telah berinvestasi di sejumlah proyek penting seperti proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung senilai $7,3 miliar, Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Mentarang Induk (MIHEP) yang berafiliasi dengan PowerChina, dan investasi senilai $11,6 miliar di Pulau Rempang untuk Xinyi Glass. Keterlibatan China dalam proyek ibu kota baru juga mencakup kerja sama dengan Otorita IKN dan konsorsium China yang dipimpin oleh CITIC Ltd. untuk membangun 60 tower rusun hunian di ibu kota.

Perusahaan Korea Selatan

Korea Selatan telah menunjukkan komitmennya untuk berkontribusi dalam pembangunan Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara di Kalimantan Timur melalui kerja sama dengan pemerintah RI. Kontribusi ini diwujudkan antara lain lewat kerja sama dalam pengembangan teknologi kota pintar di IKN. Kerja sama ini meliputi hibah pembangunan sistem penyediaan air bersih dengan kapasitas 350 liter per detik, pembangunan instalasi pengolahan limbah cair untuk IKN, proyek hibah pipeline dari Badan Kerjasama Internasional Korea (KOICA), serta proyek Korea City Network (KCN). Nota kesepahaman mengenai proyek di IKN Nusantara telah ditandatangani, menegaskan keterlibatan Korea Selatan dalam mendukung pembangunan infrastruktur air bersih di ibu kota baru.

Keterlibatan bisnis air bersih dari negara Asia Timur ini menunjukkan pentingnya kolaborasi internasional dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di Indonesia. Investasi dan teknologi yang dibawa oleh perusahaan-perusahaan ini diharapkan dapat mendukung keberlanjutan pengelolaan air bersih di ibu kota baru dan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.

Dampak Ekonomi dan Peluang Bisnis

Pertumbuhan Populasi dan Kebutuhan Industri

Pertumbuhan penduduk yang cepat di Indonesia telah meningkatkan permintaan terhadap sumber daya alam, termasuk air bersih. Industri kimia, yang memainkan peran penting dalam ekonomi, merupakan salah satu sektor yang mengkonsumsi air dalam jumlah besar. Proses produksi di industri kimia seringkali menghasilkan limbah yang dapat mencemari sumber air jika tidak dikelola dengan teknologi daur ulang yang memadai. Peningkatan jumlah penduduk dan urbanisasi yang terus berlanjut juga menambah tekanan terhadap sistem penyediaan air, mengurangi kualitas air akibat limbah rumah tangga, dan meningkatkan kebutuhan akan infrastruktur yang lebih baik untuk mengelola sumber daya air ini secara berkelanjutan.

Investasi dan Kerja sama Asing

Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) telah membuka peluang ekonomi baru yang tidak hanya terbatas pada Pulau Jawa. Pemindahan ibu kota ke provinsi dengan konektivitas yang baik telah meningkatkan arus perdagangan dan investasi, tidak hanya di IKN tetapi juga di provinsi sekitarnya. Investasi asing dari negara-negara Asia Timur dalam sektor air bersih telah menunjukkan komitmen kuat terhadap pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan ini membawa teknologi canggih yang mendukung efisiensi penggunaan air dan pengelolaan limbah, yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga memberikan dorongan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal.

Baca juga : Biaya Kuliah Meningkat, Finansial Mahasiswa Terancam

Kesimpulan

Dari pembahasan panjang lebar dalam artikel ini, telah jelas bahwa pembangunan Ibu Kota Nusantara tidak hanya merupakan sebuah langkah monumental dalam memajukan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, tetapi juga telah membuka pintu bagi kolaborasi internasional, khususnya dari negara-negara Asia Timur dalam sektor bisnis air bersih. Teknologi canggih dan investasi yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan ini menjanjikan kemajuan signifikan dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia, memberikan dampak positif yang luas terhadap ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan.

Ke depan, kerja sama dan investasi ini diharapkan dapat terus berkembang, tidak hanya mendukung Ibu Kota Nusantara tetapi juga mendorong inisiatif serupa di seluruh wilayah Indonesia. Dengan melihat pentingnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dan kolaborasi antarnegara dalam mewujudkannya, kita dapat optimistis tentang masa depan pengelolaan lingkungan yang lebih baik dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi global dan pertukaran teknologi dapat memberikan solusi konkret untuk tantangan pembangunan berkelanjutan di masa kini dan yang akan datang.

English Version

Fair and Expo World Water Forum ke-10

The situation of the 10th World Water Forum Fair and Expo at the Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), on Monday (20/5/2024) Courtesy of InfoPublik

The development of Indonesia’s new capital city is not only a highlight for infrastructure developers and local communities, but it also attracts attention from the clean water business sector in East Asia. The relocation of the capital city is not just an administrative relocation project, but also a great opportunity for companies that focus on providing this vital resource. With the increasing need for clean water as the population and industrial activities increase, the opportunities for business in this sector become significant. This reinforces the importance of international collaboration in managing sustainable water resources in Indonesia.

Indonesia’s New Capital City Project

The New Capital Project of Indonesia is a strategic step taken by the Indonesian government to address various issues faced by Jakarta as the old capital. This relocation is not only aimed at reducing the burden on Jakarta, but also as a step forward towards more sustainable and equitable development across Indonesia.

Background of the Relocation

The problems faced by Jakarta are very complex, ranging from an excessively high population density, economic contribution dominance that causes imbalance in development between regions, to the crisis of clean water availability. The Indonesian government, under the leadership of President Joko Widodo, has long considered the relocation of the capital. On April 29, 2019, President Jokowi announced plans to move the capital out of the island of Java, with the new location set in part of the Penajam Paser Utara District and part of the Kutai Kartanegara District, East Kalimantan, announced on August 26, 2019. This decision is based on various considerations, including minimal disaster risk, strategic location in the middle of Indonesia, relatively complete infrastructure, and wide land availability.

Goals and Development Targets

The main aim of the capital relocation is to create equitable development, population dispersion, and economy throughout Indonesia. Jakarta, although no longer the capital, will continue to be developed as a business, tourism, and economic center. While the new capital, named Nusantara, is designed to be a center of government, green innovation, renewable energy, and natural tourism. The Nusantara Capital Project (IKN) will act as the ‘nerve’ for the central government region, the ‘heart’ as the center of East Kalimantan history, the ‘muscle’ functioning as the downstream oil and gas and logistics node, as well as the ‘lungs’ strengthening upstream agriculture and natural tourism center. This inter-regional collaboration is expected to be a trigger for the development of Eastern Indonesia and achieve Indonesia’s target as a developed country according to the Vision of Indonesia 2045.

The capital relocation is not just a physical move of buildings or government offices, but also a shift in work culture and new mindset accompanied by well-prepared systems and human resources. President Jokowi emphasized that the IKN project is expected to be completed in 15 to 20 years, making Nusantara a unique and different government city from other country capitals.

Involvement of Clean Water Business from East Asian Countries

Companies from East Asian countries have shown significant interest in clean water-related projects in Indonesia, including the development of the new capital, Nusantara. Various companies from China, Japan, and South Korea have contributed to the development of infrastructure and technology to support the sustainability of clean water management in Indonesia.

Japanese Companies

Japanese companies have shown their interest in managing clean water with high technology capable of processing various raw water sources. Torey’s clean water processing technology, for example, is an advanced technology capable of processing seawater, rivers, peat, and waste into clean water. This technology has been used in various developed countries and is now being introduced in Indonesia, with Dumai being the prime location. The economical and affordable price is one of the advantages offered by this Japanese company.

Chinese Company

Chinese Clean Water Business Exhibition Courtesy of Nikkei Asia

The development of Indonesia’s new capital city is not only a highlight for infrastructure developers and local communities, but it also attracts attention from the clean water business sector in East Asia. The relocation of the capital city is not just an administrative relocation project, but also a great opportunity for companies that focus on providing this vital resource. With the increasing need for clean water as the population and industrial activities increase, the opportunities for business in this sector become significant. This reinforces the importance of international collaboration in managing sustainable water resources in Indonesia.

South Korean Companies

South Korea has shown its commitment to contribute to the development of the National Capital or IKN Nusantara in East Kalimantan through cooperation with the Indonesian government. This contribution is realized, among other things, through cooperation in the development of smart city technologies in IKN. This cooperation includes a grant for the construction of a clean water supply system with a capacity of 350 liters per second, the construction of a wastewater treatment installation for IKN, a pipeline grant project from the Korea International Cooperation Agency (KOICA), and the Korea City Network (KCN) project. A memorandum of understanding regarding the project in IKN Nusantara has been signed, affirming South Korea’s involvement in supporting the development of clean water infrastructure in the new capital.

The involvement of clean water business from this East Asian country shows the importance of international collaboration in the sustainable management of water resources in Indonesia. The investments and technology brought by these companies are expected to support the sustainability of clean water management in the new capital and have a positive impact on the local community.

Economic Impact and Business Opportunities

Population Growth and Industrial Needs

Rapid population growth in Indonesia has increased demand for natural resources, including clean water. The chemical industry, which plays a crucial role in the economy, is one sector that consumes a large amount of water. Production processes in the chemical industry often produce waste that can contaminate water sources if not managed with adequate recycling technology. The increase in population and ongoing urbanization also add pressure to the water supply system, reduce water quality due to household waste, and increase the need for better infrastructure to manage these water resources sustainably.

Foreign Investment and Cooperation

The construction of IKN Nusantara has opened new economic opportunities not only limited to Java Island. The relocation of the capital to a province with good connectivity has increased trade and investment flows, not only in IKN but also in the surrounding provinces. Foreign investment from East Asian countries in the clean water sector has shown a strong commitment to sustainable infrastructure development. These companies bring advanced technology that supports water use efficiency and waste management, which not only supports environmental sustainability but also provides an economic boost through job creation and improving the quality of life of the local community.

Conclusion

From the extensive discussion in this article, it is clear that the development of IKN Nusantara is not only a monumental step in advancing sustainable development in Indonesia, but has also opened doors for international collaboration, especially from East Asian countries in the clean water business sector. The advanced technology and investment provided by these companies promise significant progress in the management of water resources in Indonesia, delivering a broad positive impact on the economy, community welfare, and environmental sustainability.

Looking ahead, this cooperation and investment are expected to continue to grow, not only supporting IKN Nusantara but also promoting similar initiatives across Indonesia. By recognizing the importance of sustainable water resource management and cross-country collaboration in realizing it, we can be optimistic about a better future for environmental management and sustainable economic growth in Indonesia. This is concrete proof that global collaboration and technology exchange can provide concrete solutions to the challenges of sustainable development in the present and future.

Writer : Hanna Fawza Alfiyyah
Editor : Nugrahhadi Al Khawarizmi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *